Posts

Camera, Take, Love!

Image
Chapter 6: Final Take  Tiga minggu setelah gala, Summer Lights resmi jadi box office lokal. Tapi yang lebih heboh bukan cuma angka penonton, tapi berita tentang Daniel dan Andin. “Akhirnya bukan settingan guys!” “OTP kita JADIAN! AAAAA” “Daniel dan Andin = real love story born from fake script huhu” Tapi mereka nggak banyak komentar di media. Nggak ada klarifikasi panjang, nggak ada podcast curhat. Mereka cukup diam... karena mereka sibuk ngejalanin apa yang selama ini cuma akting. Hari itu, mereka duduk di kafe kecil tempat adegan pertama film diambil, tempat si karakter utama ngaku cinta, sebelum akhirnya gagal total. Daniel duduk di seberang Andin, sambil nyodorin satu gelas latte. “Masih sama kayak pesanan lo pertama kali. Latte, no sugar, full drama.” Andin ketawa kecil. “Gue juga nggak nyangka sih... tempat ini jadi titik balik semuanya.” Daniel manggut. “Dulu gue pikir romcom itu genre paling nggak masuk akal. Semua terlalu manis, terlalu imajinatif.” “Terus sekarang?” “...

Camera, Take, Love!

Image
Chapter 5: Close-Up Confession   Gala premiere film Summer Lights berlangsung megah malam itu. Lampu-lampu gemerlap, karpet merah terbentang, dan tamu undangan berdatangan dengan pakaian terbaik mereka. Tapi satu yang paling disorot malam itu. Daniel dan Andin. Daniel tampil rapi dengan jas hitam simpel, rambutnya disisir rapi, meskipun tetap ada satu helai yang jatuh di dahinya. Sementara Andin memukau semua orang dalam gaun satin biru muda dengan belahan kaki setinggi lutut dan tatanan rambut messy bun yang kelihatan effortless. Aura mereka saat berjalan berdampingan seperti pasangan sungguhan. Atau mungkin… memang sudah bukan pura-pura lagi? Di ruang konferensi pers, wartawan berebut posisi. Suara kamera klik klik klik seperti derap jantung yang makin kencang. “Daniel, Andin, gimana rasanya akhirnya film kalian tayang juga?” “Seneng banget pastinya,” jawab Andin sambil tersenyum ke arah Daniel. “Capeknya ke-cover sama rasa puas liat hasilnya.” Daniel cuma angguk, kalem. Tapi m...

Camera, Take, Love!

Image
Chapter 4: Real or Retake?   Dua minggu berjalan sejak gimmick dimulai. Reaksi publik luar biasa. Film makin viral, hashtag #DanDin berseliweran di semua platform. Tapi di balik semua hype itu, Daniel ngerasa makin goyah. Dia mulai bertanya-tanya: ini beneran perasaan? Atau dia cuma lagi kebawa suasana? Hari itu, di lokasi syuting scene perpisahan karakter, Andin baru aja take adegan nangis. “Cut! Bagus banget, Din,” kata Daniel pelan lewat mic. Tapi suaranya nggak seantusias biasanya. Andin langsung ngerasa ada yang beda. Pas break , dia nyamperin Daniel yang lagi duduk sendiri di bawah pohon sambil liatin layar HP. “Lo kenapa?” tanyanya sambil duduk di sebelah. Daniel mendesah. “Lo pernah ngerasa, lo suka sama seseorang... tapi lo nggak yakin itu perasaan lo sendiri?” Andin ngeliatin dia. “Maksudnya... lo bingung ngebedain yang beneran sama yang karena gimmick?” Daniel angguk pelan. “Gue takut, Din. Takut semua ini cuma... kebawa suasana. Sama ekspektasi orang. Sama storyline y...

Camera, Take, Love!

Image
Chapter 3: Love in the Algorithm  Tiba saat proses syuting hari ke-18. Daniel duduk di balik monitor, nonton replay adegan yang baru aja mereka take . Di layar, Andin lagi ngelakuin scene di mana karakternya nekat ngasih surat cinta ke sahabatnya yang juga memiliki peran sebagai seorang sutradara dalam film itu. “ Cut . Itu dapet,” katanya pelan. Kru tepuk tangan. Andin berdiri, agak ngos-ngosan tapi senyum puas. “Gue boleh jujur nggak?” katanya pas lagi touch-up makeup di sisi set . “Lo jujur mulu hidupnya, Din,” jawab Kaia sambil ngerapiin blush on -nya. Andin nyengir. “Gue kayak makin enjoy kerja bareng Daniel. Tapi kadang gue ngerasa... ini nggak cuma karena filmnya.” Kaia langsung berhenti ngeblend. “Jangan bilang lo mulai suka beneran?” Andin nggak jawab, cuma minum air mineral sambil nutupin senyum. Sementara itu, di ruang editing , Gazi lagi nge- pitch ide promosi gila ke Daniel. “Gue kepikiran bikin lo sama Andin ‘jadian’ di publik. Lo tau kan orang Indonesia suka ban...

Camera, Take, Love!

Image
Chapter 2: Take One, Take Heart Hari pertama syuting dan semua orang sibuk, kecuali satu orang yang berdiri di tengah set, ngelihatin monitor sambil ngedumel dalam hati. Daniel. Sutradara yang katanya “perfeksionis” itu dan sepertinya bangga banget dengan gelar nggak resmi itu. “ Lighting terlalu flat . Angle -nya off . Kenapa properti ini ada di sini?” Daniel nanya bertubi-tubi ke kru yang lagi kerja, nada suaranya juga makin naik. Andin, yang dari tadi nunggu di kursi aktor, udah mulai kehilangan sabar. “Gue kira film ini genre-nya romantis, bukan thriller psikologis,” gumamnya ke Kaia yang lagi touch-up makeup. Kaia ketawa pelan. “Sabar, Din. Emang dia gitu. Tapi katanya sih jenius.” “Jenius yang butuh terapi kali,” Andin nyinyir, terus berdiri pas kru manggil. Take pertama dimulai. “ And ... action !” Andin ngucapin dialog. Natural. Santai. Tapi baru tiga kalimat, Daniel udah teriak, “ Cut !” “Mata lo ngeliat ke arah kanan pas bilang ‘gue kangen’. Padahal karakter lo harusnya ma...

Camera, Take, Love!

Image
Chapter 1: Lensa Pertama Jakarta pagi itu tidak terlalu bersahabat. Langit tiba-tiba menjadi gelap ditemani jalanan yang juga sudah ramai oleh pengendara mobil dan motor, padahal jam masih menunjukkan pukul delapan pagi. Di studio film milik rumah produksi Blush & Blooms Pictures, suasana sama tegangnya dengan Jakarta hari ini.  Daniel berdiri di balik monitor, ekspresinya saat itu sangat tidak bisa dibilang ramah. Kemeja hitamnya digulung sampai siku, rambutnya sedikit berantakan, dan matanya yang tajam layaknya sinaran laser yang menusuk. Memang tipikal sutradara muda yang sudah beberapa kali menang penghargaan film pendek, tapi kali ini, ia dihadapkan dengan tantangan baru untuk mengerjakan film dengan genre romantic comedy . Dan dia nggak excited sama sekali. “Gue masih nggak ngerti kenapa harus gue yang disuruh nge- direct genre beginian,” Daniel ngomong ke Gazi, produser yang lagi nyeruput kopi sambil duduk santai di kursi lipat.  “Karena lo butuh dilatih biar nggak ...