Camera, Take, Love!

Chapter 6: Final Take 


Tiga minggu setelah gala,
Summer Lights resmi jadi box office lokal. Tapi yang lebih heboh bukan cuma angka penonton, tapi berita tentang Daniel dan Andin.

“Akhirnya bukan settingan guys!”
“OTP kita JADIAN! AAAAA”
“Daniel dan Andin = real love story born from fake script huhu”

Tapi mereka nggak banyak komentar di media. Nggak ada klarifikasi panjang, nggak ada podcast curhat. Mereka cukup diam... karena mereka sibuk ngejalanin apa yang selama ini cuma akting.

Hari itu, mereka duduk di kafe kecil tempat adegan pertama film diambil, tempat si karakter utama ngaku cinta, sebelum akhirnya gagal total.

Daniel duduk di seberang Andin, sambil nyodorin satu gelas latte. “Masih sama kayak pesanan lo pertama kali. Latte, no sugar, full drama.”

Andin ketawa kecil. “Gue juga nggak nyangka sih... tempat ini jadi titik balik semuanya.”

Daniel manggut. “Dulu gue pikir romcom itu genre paling nggak masuk akal. Semua terlalu manis, terlalu imajinatif.”

“Terus sekarang?”

“Sekarang... kayaknya film hidup gue malah jadi romcom juga.”

Andin pura-pura nyorot matanya. “Lo ngomong gitu karena pengen dapet punchline manis ya?”

“Enggak. Gue ngomong gitu karena gue udah nemu lawan main yang cocok banget,” jawab Daniel sambil nyengir.

Andin senyum. Tapi matanya nggak main-main.

“Dan,” ucapnya pelan, “lo tau nggak? Gue sering ngerasa gagal karena terlalu spontan, terlalu ngikutin kata hati. Tapi ternyata... itu yang bikin lo notice gue.”

“Gue notice lo bukan karena lo beda,” Daniel jawab, sambil nyentuh tangan Andin di meja. “Tapi karena lo bikin semua hal yang selama ini kelihatan rumit, jadi sederhana. Gue jadi ngerti, cinta itu bukan soal sempurna, tapi soal nyambung.”

Andin nggak jawab. Dia cuma angguk dan senyum. Senyum yang dulu sering jadi bagian dari akting, tapi sekarang... 100% asli.

Mereka duduk, ngobrol sampai langit sore berubah jingga. Kamera nggak lagi merekam, tapi setiap momen terekam di hati.

Sebelum pulang, Daniel berdiri, lalu natap Andin.

“Gue udah siap kalau hidup gue nggak ada skrip. Asal ada lo di sebelah.”

Andin berdiri juga. “Gue nggak janji tiap hari bakal manis. Tapi kalau lo tahan, lo bakal dapet blooper yang lucu banget.”

Mereka ketawa. Lalu pelan-pelan, tangan mereka saling menggenggam.

Dan itulah take terakhir, tanpa retake, tanpa cut. Hanya cinta yang terus bergulir. 


Comments

Popular posts from this blog

Blush & Bloom Pictures

Love, Engagement, and Public Relations: Rahasia Romcom dalam Menarik Audiens

The Power of Meet-Cute: Membangun Brand Awareness dengan Momen tak Terlupakan