Blush & Bloom Pictures
Pada tahun 90-an hingga 2000-an terdapat genre film yang memiliki daya tarik tersendiri pada industri perfilman saat itu. Genre tersebut merupakan salah satu genre yang banyak digemari terutama bagi penonton yang menyukai kisah cinta ringan yang dibalut dengan humor yang menggelitik. Sebagai seseorang yang gemar menonton film dengan genre ini, saya melihat bahwa film-film dengan genre romcom pada era tersebut memiliki keunikan dalam hal storytelling, chemistry antar karakter, serta penggunaan trope khas yang masih relevan hingga saat ini. Menurut saya, film pada masa-masa ini mempunyai ciri khas yang ringan juga menghibur untuk terus ditonton.
Era 90-an dikenal dengan film-film romcom yang sederhana namun kuat secara emosional, seperti Pretty Woman (1990), 10 Things I Hate About You (1999), dan Notting Hill (1999). Film-film ini cenderung memiliki premis yang straightforward tetapi melewati proses eksekusi yang baik, didukung oleh karakter-karakter yang relatable. Misalnya, 10 Things I Hate About You menggunakan trope enemies-to-lovers dengan karakter utama yang kuat, membuatnya menjadi tokoh yang ikonik hingga sekarang.
Memasuki era 2000-an, romcom semakin berkembang dengan eksplorasi karakter dan humor yang lebih modern. Film seperti How to Lose a Guy in 10 Days (2003), 13 Going on 30 (2004), dan The Proposal (2009) menunjukkan bagaimana elemen komedi yang semakin mendominasi, sering kali melalui situasi yang konyol tetapi tetap membawa pesan emosional yang kuat.
Seringkali tokoh utama perempuan dalam film-film ini digambarkan sebagai wanita independen dengan kepribadian kuat. Misalnya, di The Devil Wears Prada, Andrea Sachs (Anne Hathaway) adalah seorang jurnalis ambisius yang berusaha membuktikan kemampuannya di dunia mode yang keras. Begitu juga dengan Andie Anderson (Kate Hudson) dalam How to Lose a Guy in 10 Days, yang bekerja sebagai jurnalis dan menggunakan kisah cintanya sebagai bahan tulisan. Karakter kuat mereka lalu disandingkan dengan pemeran laki-laki yang pada awalnya akan terlihat kaku dan clueless.
Lalu aspek lain seperti dengan adanya latar belakang di kota-kota besar yang menambah kesan romantis dan estetis. Notting Hill membawa kita ke jalanan London yang indah, The Devil Wears Prada memperlihatkan glamornya dunia mode di New York, sementara 13 Going on 30 juga memanfaatkan kota besar sebagai latar tumbuhnya karakter utama. Kota-kota ini menjadi bagian penting dari cerita, menciptakan suasana yang dapat mendukung perkembangan karakter dan hubungan mereka.
Sebagai public relations dari production house yang fokus pada genre romcom, saya melihat bahwa film-film romcom tahun 90-an sampai 2000-an memiliki daya tarik nostalgia yang besar bagi penonton masa kini. Chemistry yang autentik antara aktor, soundtrack yang memorable, serta kisah cinta yang ringan tetapi bermakna membuat film-film ini masih terus dibicarakan. Dalam upaya memproduksi film romcom modern, kami selalu berusaha menjaga esensi tersebut dengan tetap menyesuaikan cerita dengan budaya dan tren saat ini.
Kesuksesan film romcom klasik membuktikan bahwa genre ini selalu memiliki pasar tersendiri. Dengan formula yang tepat seperti dialog yang khas, karakter yang lovable, dan momen-momen romantis yang berkesan. Oleh karena itu, film dengan genre romcom dapat terus bertahan dan berkembang seiring berjalannya waktu.
Comments
Post a Comment