Love, Engagement, and Public Relations: Rahasia Romcom dalam Menarik Audiens

Pernahkah kamu terpikat oleh film romcom yang bikin kita terbawa oleh alur cerita yang disajikan? Merasakan emosi seperti tertawa sampai menangis ketika menonton dalam waktu yang bersamaan? Itulah kekuatan storytelling yang memikat. Menariknya, strategi PR digital yang sukses juga memiliki elemen serupa seperti membangun emosi, menciptakan loyalitas, dan meningkatkan engagement. 

Dalam dunia perfilman, hubungan antara karakter berkembang melalui serangkaian momen emosional yang tercipta mulai dari pertemuan pertama yang canggung, konflik yang memicu drama, hingga hasil akhir yang manis dan memuaskan. Sama seperti strategi PR dengan cara kerja yang serupa yaitu membangun hubungan dengan audiens melalui konten yang relatable, emosional, dan autentik. Lalu, bagaimana strategi PR dapat memanfaatkan pendekatan ini? 


First Impression atau kesan pertama harus terlihat menarik karena hal tersebut sangatlah penting dalam romcom. Seperti contoh dalam Crazy Rich Asians yang tayang pada tahun 2018, di mana karakter Rachel Chu awalnya tidak menyadari betapa kaya dan berpengaruhnya keluarga pacarnya, Nick Young. Kejutannya di awal cerita menciptakan rasa penasaran yang membuat penonton ingin terus mengikuti kisahnya. 


Ketika Rachel Chu tidak mengetahui bahwa pacarnya adalah seorang kaya raya dalam Crazy Rich Asians. Sumber: Marie Claire Uk, 2017. 

Begitu pula dengan strategi PR. Kampanye yang sukses harus memiliki hook yang menarik sejak awal. Contohnya, salah satu strategi yang seringkali digunakan oleh Netflix dalam kampanye pemasarannya. Seperti pada saat promosi To All The Boys I’ve Loved Before pada tahun 2018 yang memanfaatkan surat cinta sebagai elemen kampanye media sosial. Kampanye ini langsung menciptakan daya tarik emosional yang membuat rasa penasaran audiens menjadi lebih tinggi sebelum menonton film nya. 


Konflik juga menjadi salah satu elemen yang wajib ada dalam setiap film romcom. Misalnya dalam 10 Things I Hate About You pada tahun 1999, terdapat momen di mana Kat Stratford merasa dikhianati setelah tahu bahwa Patrick awalnya dibayar untuk mendekatinya. Konflik ini menciptakan ketegangan yang justru membuat penonton semakin terlibat. 


Scene sebelum Kat mengetahui bahwa Patrick memiliki maksud yang buruk terhadap dirinya. Sumber: Keith and The Movies, 2014. 

Dalam PR, konflik bisa diterjemahkan sebagai tantangan atau kontroversi yang memicu diskusi. Misalnya, brand Burger King yang pernah menggunakan strategi ini dengan kampanye The Moldy Whooper pada tahun 2020 yang menampilkan burger mereka membusuk selama 34 hari untuk membuktikan bahwa produk mereka bebas bahan pengawet. Strategi ini awalnya mengejutkan, tetapi justru memicu keterlibatan tinggi karena audiens merasa penasaran dan tertarik untuk berdiskusi. 


Setiap film dengan genre romantic comedy pasti memiliki resolusi yang manis. Dalam film La La Land yang tayang pada tahun 2016, meskipun Sebastian dan Mia tidak berakhir bersama, tetapi mereka tetap mencapai impian mereka masing-masing. Namun, akhir yang terasa seperti asam dan manis ini tetap memberikan kepuasan emosional bagi penonton karena perjalanan karakter utama sudah mencapai titik terbaik masing-masing. 


Scene ending dalam film La La Land ketika kedua karakter utama pergi ke jalannya masing-masing. Sumber: Medium, 2023. 

Dalam PR, resolusi yang baik tidak selalu tentang kesempurnaan, tetapi tentang memberikan makna bagi audiens. Contohnya, kampanye promosi yang dilakukan oleh Nike You Can’t Stop Us pada tahun 2020, mereka menyatukan klip dari berbagai atlet untuk menunjukkan semangat serta ketahanan di tengah pandemi. Kampanye ini tidak hanya menginspirasi tetapi juga membangun loyalitas dengan menghubungkan merek dengan emosi audiens.


Baik dalam film maupun PR, keterlibatan audiens bergantung pada storytelling yang emosional sehingga mampu mempengaruhi perasaan penonton. Film romcom membuat kita tertawa, menangis, dan akhirnya merasa terhubung dengan karakter. Begitu pula dengan strategi PR yang sukses ketika kampanye yang dilakukan sukses membuat konsumen tetap loyal. 


Jadi, jika ingin kampanye yang dilakukan terkesan kuat, kita bisa mempelajarinya dari film-film romcom dengan membuat kesan pertama yang menarik, membangun emosi dan konflik lalu akhiri dengan ending yang memuaskan audiens! 


Comments

Popular posts from this blog

Blush & Bloom Pictures

The Power of Meet-Cute: Membangun Brand Awareness dengan Momen tak Terlupakan